Senin, 05 November 2007

SATU LEBIH BAIK DARI SEJUTA

SATU TELADAN LEBIH BAIK DARI SEJUTA ARAHAN

Pernahkah saudara membaca ungkapan –yang merupakan judul tulisan- di atas sebelum anda membaca tulisan ini? Bila sudah pernah, apa perasaan anda setelah membacanya? Mungkin anda merasa takjub karena baru pertama kali menemukan sebuah ungkapan yang sedikit bombastis tapi memang fundamental. Fundamental karena bila isinya dipraktekkan niscaya dapat merubah perilaku orang yang mempraktekkan dan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Atau mungkin saja setelah membaca tulisan tersebut anda baru menyadari kealfaan diri, karena begitu banyak kata-kata terucap namun belum pernah terealisasi. Atau mungkin pula anda merasa menjadi orang yang melankolis; mudah tersentuh hatinya. Atau ada perasaan-perasaan lain yang ingin anda ekspresikan di luar ke-3 contoh perasaan tadi setelah membaca judul tulisan di atas? Silahkan saja karena dengan anda bereaksi berarti anda termasuk orang yang peka dan mencintai perubahan.

Keteladanan di Berbagai Lingkungan
Anda mungkin tercengang, ketika mendapati slogan “Satu Keteladanan Lebih Berarti Dari Pada Sejuta Pengarahan” terpampang secara jelas di depan sebuah kantor kepolisian Kotamadya. Kantor yang beisikan orang-orang yang selalu berpihak pada keadilan, kebaikan dan kebenaran. Namun, terkadang gambaran sosok polisi yang baik, tegas dan berwibawa tidak kita dapatkan karena dicoreng oleh tingkah laku sejumlah oknum anggotanya.
Kembali kepada slogan fundamental, Lalu apa jadinya bila setiap orang mengamalkan ungkapan tersebut? Berikut dapat kita lihat contoh-contohnya:

a. Keluarga
Di sebuah miniatur negara kecil yang bernama keluarga, sang ayah dan ibu hendaknya dapat menjadi sosok teladan bagi anak-anaknya. Sang ayah tidak pernah berkata kasar apalagi membentak Sang ibu. Bila terjadi persoalan diantara mereka, tidak pernah sekalipun sang ayah menampakkannya di depan anak-anak. Mereka akan menyelesaikan persoalan di tempat yang tidak terlihat oleh anak-anak. Ketika waktunya berhadapan dengan anak, orang tua menjalankan perannya masing-masing, sebagai ayah dan sebagai ibu. Dari keteladanan yang diberikan orang tua, anak hanya mencontoh yang baik-baik saja. Insya Allah, dengan menjadi orang tua teladan maka tidak akan kita dapati anak-anak yang suka melawan terhadap orang tua, marah tak terkendali bahkan membangkang terhadap orang tua. Keteladanan dapat terjadi ketika suami dan istri menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Di sebuah stiker inspirasi dari agama lain, penulis pernah mendapati ungkapan: ”Anda Memberi Teladan Apa Untuk Anak Anda Hari Ini?” Sebuah ungkapan inspiratif yang mengingatkan setiap orang yang membacanya khususnya orng tua untuk memberi teladan kepada anak-anaknya/ orang yang usianya lebih muda darinya.

b. Sekolah
Contoh keteladanan dalam lingkup yang lebih luas yaitu di sekolah. Penulis pernah mendapati seorang kepala sekolah yang datang lebih pagi dari pada murid-murid dan guru-guru di sekolah tersebut. Kepala sekolah telah berdiri di depan pintu gerbang sekolah pukul 06.15 WIB, waktu yang teramat pagi bagi sebagian besar warga sekolah. Padahal jarak antara rumah kepala sekolah dan sekolah tempatnya bekerja terbilang cukup jauh seperti jarak Bekasi-Jakarta. Sang Kepala Sekolah berdiri dengan penuh kharisma, menjawab salam dan tersenyum kepada setiap warga sekolah yang baru datang. Apa akibat perbuatan kepala sekolah tadi? Seluruh warga sekolah bertekad tidak mau terlambat untuk datang ke sekolah karena melihat perbuatan Kepsek/ pimpinan tadi. Itulah contoh keteladanan Sang Kepsek kepada seluruh warga sekolah. Beliau tidak perlu memberikan wejangan berbagai rupa saat upacara untuk menanamkan sikap disiplin kepada setiap warga sekolah karena sang Kepsek telah memberi teladan melalui sikapnya.
Contoh tentang keteladanan khususnya tentang kedisiplinan dapat ditemui di kantor-kantor dimana sang pimpinan selalu datang tepat waktu. Sikap tersebut memberi dampak psikologis pada seluruh karyawan.

c. Perusahaan
Ada kisah lain tentang keteladanan yang menarik di sebuah perusahaan ekspor impor. Waktu itu Kepala Bagian Pemasaran terlihat pucat wajahnya. Sang pimpinan yang peka segera bertanya apa penyebab kepucatan anak buahnya. O, rupanya ada masalah di bagian pengiriman barang. Sesuai perjanjian dengan mitra mereka, barang-barang produksi perusahaan tersebut harus sampai 2 jam lagi tapi para buruh mogok kerja karena perusahaan selalu mempekerjakan mereka melebihi waktu kerja. Sang Pimpinan baru mengetahuinya setelah turun ke lapangan. Sang pimpinan yang merupakan bos besar atau direktur utama mengambil langkah menakjubkan. Dicantelkannya jasnya, dicopotnya dasi yang ia kenakan kemudian ia menggulung baju kerjanya hingga siku. Setelah itu Sang Pimpinan berlari ke arah gudang. Sesampainya di sana ia menanyakan jumlah orang yang bisa membantu dirinya untuk mengangkut barang-barang tersebut ke kontainer. Setelah itu bos besar mengangkut kardus demi kardus dengan dibantu Kepala Bagian Pemasaran dan supervisor. Melihat hal tersebut Kabag memerintahkan supervisor untuk menemui para buruh yang sedang mogok. Setibanya di tempat para buruh, sang supervisor menceritakan kejadian yang terjadi di gudang pengiriman bahwa bos besar mereka sekarang sedang melaksanakan pekerjaan mereka; mengangkut kardus-kardus yang harus segera dikirim. Akhirnya, barisan buruh itu menyadari perbuatannya yang dapat merugikan perusahaan tempat mereka mencari nafkah. Mereka pun berlarian menuju gudang tempat bos besar mereka sedang bekerja.

Akhirnya, pekerjaan pengiriman selesai. Barang-barang diterima oleh pembelinya tepat waktu. Bos besar dengan para karyawan tersenyum puas. Malam itu sang bos besar pun tak lupa mentraktir seluruh karyawan makan malam untuk merayakan keberhasilan mereka. Sejak saat itu, tidak ada lagi jam kerja yang berlebihan, karyawan yang bekerja melewati jam kerja diberikan bonus yang besar sebagai kompensasi berkurangnya waktu mereka bersama keluarga. Teladan yang indah, bukan?

d. Kantor Pemerintahan
Ketika para pejabat pemerintahan mau hidup bersahaja dan jauh terkesan dari gaya hidup glamour, sungguh akan memberi keteladanan kepada masyarakat. Masyarakat akan sangat respect terhadap apa yang dilakukan oleh para pemimpinnya. Bila sudah demikian maka Insya Allah akan terjadi hubungan yang indah dimana pemimpin mau mengerti kedaan rakyat dan rakyat terpuaskan kebutuhannya. Korupsi pun dapat ditekan secara alami karena tidak ada lagi orang-orang yang menjadi budak nafsu materi. Mereka menyadari hal-hal yang termasuk kebutuhan atau keinginan hidup.

Dan sikap keteladanan ini rupanya telah dipraktekkan oleh seorang manusia yang telah berhasil mengubah bangsa yang tidak beradab menjadi bangsa berperadan emas. Dialah Rasulullah SAW. Manusia yang pernah hidup 14 abad yang silam. Di tanah haram tersebut, Rasulullah SAW memberikan keteladanan kepada para pengikutnya. Berikut sebagian contoh-contoh keteladanan Beliau:

- Rasulullah SAW selalu mengucapkan salam kepada anak-anak bila melewati mereka sehingga anak-anak itu belajar sopan santun.
- Rasulullah SAW juga mau bergaul dengan orang miskin dan makan bersama pembantu, berjalan bersama anak yatim dan selalu memberikan salam kepada setiap orang yang dijumpainya.
- Beliau selalu memenuhi undangan siapapun tanpa terkecuali.
- Rasulullah SAW pun adalah figur kepala rumah tangga ideal karena mau membantu pekerjaan rumah tangga dan berusaha mengerjakan pekerjaan apapun yang bisa dilakukannya untuk menjadi manusia yang penuh dengan manfaat.
- Ketika perintah memakai cincin emas itu haram bagi laki-laki, Rasulullah segera melepaskan cincin emas tersebut di depan para sahabatnya sehingga para sahabat mengikuti perbuatan Rasulullah SAW tersebut.

Rasulullah telah berhasil menjadi sosok pribadi teladan. Dan telah semestinyalah, ummatnya yang istiqamah mengikuti ajarannya berusaha bersikap menjadi pribadi teladan mulai dari saat ini karena hakikatnya setiap manusia akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. ”Kullukum Ra’in Wa Kullukum Mas’ulun An Raiyyatihi” artinya ”Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya” (Al Hadist).

Dengan menyadari pentingnya nilai keteladanan dalam berbagai hal, hendaknya setiap pribadi bertekad untuk menjadi pribadi teladan setiap waktu dan terhadap siapapun. Sehingga bisa menjawab pertanyaan,: ”Sudah Memberi Teladan Apa Kita Hari Ini?” Wallahu A’lamu.

Tidak ada komentar: